Pada zaman Sriwijaya desa ini merupakan tempat persinggahan orang dari permis kecamatan Sungaiselan dan Toboali yang hendak ke Pangkalpinang atau ke Koba (yang sekarang disebut simpang 3 Namang). Di Simpang 3 Namang dulu terdapat sebatang pohon kayu yang besar bernama kayu Namang/ ramin dan dibawah kayu tersebut tinggal seorang pemuda yang baik. Setiap orang yang berhenti di bawah pohon tersebut untuk beristirahat melepaskan lelah dahaga, pemuda tersebut selalu menghidangkan air dan makanan sambil mengatakan Na Mang (Na adalah kata yang digunakan masyarakat Bangka untuk memberi dan Mang adalah panggilan untuk orang yang lebih tua. Sehingga mengandung arti “Ini pak, Silahkan”.
Saat ini yang menjadi keunikan Desa Namang yaitu terdapat Jamur. Jamur Pelawan adalah jamur khas yang tumbuh di Pulau Bangka dan hidup di dekat pohon Pelawan. Karena itulah jamur ini dinamai sama dengan pohon tersebut. Saat ini Jamur Pelawan sangat langka dijumpai. Satu-satunya hutan di Pulau Bangka yang menjadi rumah bagi Jamur Pelawan yaitu di Hutan Pelawan, Desa Namang. Harga Jamur Pelawan kering saat musim hujan sekitar Rp 2.000.000 per kilogram dan apabila bukan musimnya bisa mencapai Rp 5.000.000 per kilogram. Jamur ini mempunyai cita rasa berbeda dengan jamur lain, tinggi akan kandungan protein dan biasanya dihidangkan saat perayaan hari besar atau perjamuan tamu. Wisatawan juga dapat menikmati jamur ini pada menu paket Makan Bedulang. Konon, Jamur Pelawan ini "lahir" setelah ada sambaran petir. Oleh karena itu, jamur ini juga sering disebut sebagai Jamur Petir.