Desa Wisata Suak Gual berada di Pulau Mendanau Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka- Belitung. Dengan luas wilayah 36 KmĀ² dan berpenduduk 933 jiwa. Nama Suak Gual berasal dari kisah Lanun (perompak) yang melihat Menggual di bibir pantai. Menggual adalah alat penerangan sejenis obor yang terbuat dari mayang pohon kelapa yang dipasang di pantai oleh para nelayan untuk digunakan sebagai tanda disaat nelayan pulang melaut di malam hari. Para Lanun bersorak-sorak saat mereka melihat Menggual di pantai, Menggual..Menggual teriak mereka. Lama kelamaan para Lanun hanya mengucapkan Gual..Gual..Gual. Kemudian mereka menyebut tempat tersebut hanya dengan kata Gual saja. Sedangkan Suak adalah Teluk dalam bahasa lokal masyarakat Pulau Mendanau. Mayoritas masyarakat Desa Suak Gual adalah Suku Melayu, sangat terlihat dari setiap kegiatan Adat, Budaya dan Seni. Seperti Adat Pernikahan Melayu yang kedua mempelai pengantin dipanggul menggunakan Juli (alat dari kursi yang diikatkan kekayu dan dibentuk seperti pesawat) dan Berebut Lawang (Berebut lawang adalah salah satu prosesi bagian dari adat pernikahan belitung yang lucu dan unik karena ada berbalas pantun saat dan dihambat dengan tali melalui 3 pintu saat pengantin pria ingin memasuki rumah pengantin perempuan. masing-masing pintu di dalam berebut lawang ada nilai uangnya maksud uang tersebut adalah di maksudkan misalnya pintu pertama biasanya bernilai Rp. 20.000,00 ini di peruntukkan buat tukang tanak nasi, pintu kedua Rp. 30.000,00 ini di peruntukkan buat mak panggung atau tukang masak, pintu ke tiga Rp. 50.000,00 buat mak inang atau tukang rias). Kemudian Adat Makan Bedulang (Makan Bedulang adalah makan sesuatu yang disajikan diatas dulang, biasanya terdiri dari 4 orang duduk dilantai, duduk berhadapan dan ditengah-tengahnya ada dulang. Merupakan tradisi orang Belitung secara turun temurun) disetiap Resepsi Pernikahan Adat dan Beruah Kampong (Sukuran untuk menyambut datangnya Bulan Ramadhan yang di laksanakan di Bulan Ruah). Kesenian Keruncong Stambul Fajar merupakan salah satu kesenian unik yang ada di Desa Suak Gual, sangat berbeda dengan Musik Keroncong pada umumnya. Sangat terasa nuansa Melayu di Keruncong Stambul Fajar ini, dari pantun- pantun yang dinyanyikan, petikan gitar, dan gesekan biolanya. Desa Suak Gual memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti Lada Putih dan Karet yang menjadi andalan disektor pertanian. Juga memiliki pemandangan alam yang indah, mulai dari pemandangan di daratan hingga pemandangan bawah lautnya dengan Ekosistem Terumbu Karang yang masih bagus. Seperti Pulau Piling Yang dijadikan kawasan Transplantasi karang oleh Kelompok Nelayan Desa Suak Gual. Di Tanjung Lancor selain memiliki pemandangan yang indah juga memiliki sejarah. Mercusuar Tanjong Lancor yang dibangun oleh Hindia Belanda pada tahun 1883 dengan ketinggian 62 meter menjadi saksi sejarah di Desa Suak Gual.