Secara umum prosesi ini dimulai dengan penyerahan potongan daun neruse dan daun ati-ati yang dipotong kecil dan memanjang dari masyarakat untuk dikumpulkan dalam satu wadah yang nantinya akan diritualkan oleh dukun kampong di kediamannya. Masyarakat akan menunggu hingga prosesi ini selesai untuk mengambil kembali potongan daun yang diserahkan tadi. Istilah “kesalan” disematkan untuk penyebutan potongan daun ini. Nantinya sesampainya di rumah kesalan ini akan dicampurkan dengan air untuk dipercikkan di anggota tubuh, rumah dan sekelilingnya sebagai ikhtiar adat terhindar dari marabahaya. Kemudian, Dukun Kampong akan melakukan ritual di hadapan kesalan yang telah dikumpulkan tadi. Wadah ini nantinya akan diasapkan diatas pendupaan yang disiapkan oleh dukun kampong dengan menaburi kemenyan yang telah dimantrai. Setelah ritual selesai dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama yang biasanya akan dipimpin oleh tokoh agama yang hadir dalam prosesi adat ini. Di akhir prosesi, dukun kampong akan memberikan nasehat dan menjelaskan pantangan-pantangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat yaitu Selama prosesi adat Selamatan kampong hingga 3 (tiga) hari kedepan, masyarakat diwajibkan untuk menjaga ketertiban kampong dengan cara tidak boleh melakukan kegiatan yang akan menimbulkan kebisingan seperti bernyanyi, menyetel musik keras-keras, mengadakan hajatan dan mengenderai kendaraan bermotor yang memiliki suara knalpot yang nyaring. Prosesi adat Selamatan Kampong memiliki tradisi yang berbeda-beda antara satu kampung dengan kampung lainnya tetapi memiliki tujuan dan makna yang sama.
pengunjung bisa mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir dan menjadi bagian dari masyarakat dalam pelaksanaan prosesi ini.